Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Minggu, 04 Maret 2012

Phenomenon Indonesian Boyband / Girlband

Istilah 'Boyband' ini digunakan untuk suatu grup vokal (vocal group) yang menyanyikan lagu-lagu Pop. Bentuk kelompok musik/vokal ini sudah dikenal sejak lama, katakanlah sejak tahun '80-an di Amerika. Contoh yang mungkin paling mudah diingat di Indonesia adalah grup vokal pria asal Amerika, Boys II Men dan NKOTB (new kids on the block, 1984-sekarang). Pada masa selanjutnya diiringi kemunculan grup Westlife, Boyzone, BackstreetBoys, dsb.
Di Indonesia saat ini ternyata sedang 'diramaikan' grup-grup boyband/girlband baru asal dalam negeri. Namun kebanyakan dari mereka 'disinyalir' mendapatkan pengaruh dari boyband/girlband asal negara Asia lainnya seperti Korea dan Jepang.
           Apakah ini adalah sebuah permasalahan sehingga dapat menimbulkan suatu kritik musik? Ya! Berikut ini adalah review mengenai boyband/girlband Indonesia..
           Jika kita membicarakan suatu grup vokal, maka yang akan kita dapati sebagai pertanyaan terpenting adalah mengenai: musik apa yang disajikan dan bagaimana karya mereka disajikan. Definisi dari grup vokal adalah "kelompok penyanyi yang bernyanyi secara bersama-sama". Prinsip dari penyajian musik grup vokal adalah "memadukan lebih dari suatu suara/vokal menjadi sebuah harmoni musik/nyanyian".
           Contoh grup vokal Indonesia juga sebenarnya sudah ada dari semenjak tahun '90-an. Sebut saja grup AB Three (trio-wanita), Trio Libels (trio-pria), Lingua (trio-campuran), Elfa's Singers (kwintet-campuran), Warna (kwintet-campuran), dsb. Saat ini, yang sedang 'naik daun' adalah grup Smash dan 7Icons, kedua-duanya beranggotakan masing-masing 7 orang personil/penyanyi.
           Kita akan sedikit membahas mengenai teori harmoni grup vokal terlebih dahulu. Hal ini akan dibahas dengan menempatkan Vocal Group sebagai objek utama.
           Dimulai dari vokal duet sampai sekian penyanyi dalam satu grup vokal, semuanya memiliki 'aturan' tersendiri dalam proses menghasilkan harmoni suara vokal. Intinya adalah memadukan segala perbedaan materi vokal menjadi suatu harmoni musik. Ada banyak hal yang menjadi acuan dasar membuat/menyanyikan komposisi grup vokal, diantaranya adalah: Jenis vokal, karakter vokal dan range vokal.
         Masalahnya adalah boyband/girlband Indonesia saat ini tidak terlalu memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam teori harmoni vokal. Agar lebih mudah untuk dijelaskan, maka 'masalah' tersebut disampaikan melalui suatu daftar kecil seperti berikut ini:

1) Tidak ada perbedaan komposisi melodi yang cukup kontras untuk memadukan vokal antar penyanyi dalam satu grup vokal. Mereka lebih sering (terlalu sering) bernyanyi secara tutti/bersama-sama dengan prinsip unison (menyanyikan pola nada pada jalur melodi yang sama secara bersamaan). Jika hanya untuk menyanyikan suatu melodi yang sama pada jalur melodi yang sama pula.. untuk apa lagu tersebut dinyanyikan 'beramai-ramai' bagi satu grup vokal?

2) Tidak ada perbedaan karakter suara/vokal yang cukup kontras untuk memadukan vokal antar penyanyi dalam satu grup vokal. Mendengarkan mereka (grup vokal) bernyanyi seperti mendengarkan nyanyian satu orang penyanyi saja.


3) Tidak ada teknik aransir yang mengutamakan estetika harmoni yang cukup variatif, tidak kreatif. Yang paling utama adalah masalah pembagian suara. Akan sangat panjang sekali jika dijelaskan di sini. Sebagai referensi bacaan, silahkan kunjungi situs-situs internet atau buku-buku mengenai teori harmoni Paduan Suara.


4) Tidak menggunakan unsur-unsur keindahan lirik lagu dan tidak disertai dengan makna yang terlalu berarti dalam setiap lagu.
      
          Intinya adalah: Materi boyband/girlband Indonesia saat ini tidak memiliki suatu nilai musikal yang cukup untuk dikatakan "baik". Mereka hanya terlihat begitu semangat mempertontonkan gaya menari dan pose-pose mereka yang seperti model itu untuk difoto. Sebaiknya kita juga membicarakan nilai seni tari yang mereka sajikan. Tarian-tarian yang mereka lakukan dapat kita saksikan juga di sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SLTA, pada umumnya dalam event-event Pensi (pentas seni), acara kelulusan atau bazaar sekolah. Kritik ini tidak mengatakan karya mereka buruk, namun jika hampir semua grup seni siswa/siswi SLTP atau SLTA dapat menari sama bagus atau bahkan jauh lebih baik ketimbang grup vokal yang sudah menjadi selebritis.. bagaimana cara industri musik Indonesia menentukan standar kualitas bidang seni ini? dan bagaimana kita semua dapat mengharapkan 'karya Indonesia' yang seharusnya kita banggakan itu dapat bertahan lama atau bahkan bersaing dengan budaya asing?
           Perbandingan nilai seni menari tersebut di atas juga berlaku sama dengan cara menilai kualitas bernyanyi vokal grup boyband/girlband Indonesia saat ini. Jika ada banyak sekali grup vokal yang dapat bernyanyi lebih baik dari boyband/girlband populer Indonesia saat ini.. bagaimana para selibritis itu dapat dikatakan nomor 1 dan begitu layak mendapatkan segala keuntungan profit mereka.. secara musikal?
           Tips untuk para boyband/girlband Indonesia, bahkan Westlife masih begitu serius menata komposisi materi musik mereka. Jika kita ingin meniru suatu budaya asing, tirulah hal-hal yang baiknya dan jangan setengah-setengah. Jangan hanya gaya mereka saja yang ditiru, perhatikan segala nilai-nilai musikal yang terkandung didalamnnya.
           Perhatikan juga senior-senior grup vokal Indonesia kita. AB Three, RDS - Rida Sita Dewi, Warna.. (lih. paragraf 5). Pelajarilah ilmu teori musik mereka, hal itu bisa jadi adalah hal yang sangat berharga bagi Anda semua.
           Materi musik boyband/girlband tidaklah terlalu memiliki nilai kualitas musikal yang sebanding dengan kepopuleran mereka. Namun mereka tampaknya lebih mengutamakan kegiatan tari (dance) dan pose modeling, dan karya-karya mereka lebih cenderung memuat unsur fun saja ketimbang kualitas musikal. Dilihat dari sudut pandang sosial, fenomena banyaknya jumlah penggemar boyband/girlband Indonesia yang didominasi kaum muda/pelajar, bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, dapat menjadi suatu gambaran bahwa anak-anak muda (pelajar) masa kini hanya mau fun saja.


0 komentar:

Posting Komentar